Minggu, 22 Mei 2011

Dan wanita itu pergi...

Tapi aku berbeda dengan mereka! Aku tidak bisa tidak mendapatkan kasih sayang darimu. Aku tidak akan bisa.

Sore itu. Mendung.
Aku mereguk kesedihan ini sendirian. Dia sudah tidak memperdulikan aku, sungguh aku sedih. Dia tidak pernah tahu. Pernah aku berlari tengah malam mencari counter hanya ingin menghubungi dia, tapi saat menelponnya, dia akan segera berkata “aku ngantuk...” lalu aku akan menjawab “oh, ya... selamat tidur” tapi dihatiku, aku berkata, aku rindu dan aku butuh mendengarkan suaramu. Pernah aku, menahan tangis sedihku saat dia mendiamkan aku tapi dia tidak tahu betapa sedihnya aku. Terkadang aku pamrih ingin dia membalas semua itu. Pernah aku... menunggunya hingga dia tidak datang sama sekali tapi dia tidak tahu betapa kecewanya aku. Pernah dia mengetahui semua itu melalui tulisanku tapi dia marah padaku, dia tidak tahu betapa sakitnya hatiku. Mungkin itu akan terulang lagi apabila dia membaca ini. Namun aku tak akan membiarkan dia tau betapa sedihnya aku. Aku tidak mau dikasihani dan aku tidak mau dia pergi karna aku yang menyedihkan...

Sore masih mendung.
Aku menunggu kabarnya. Dia mengulur waktu untuk bertemu. Dia tidak tahu, betapa aku berharap ada kejutan kecil di hari spesial kami. Di tiga tahun hubungan kami. Tapi aku tidak memintanya. Aku takut dia berpikir aku manja dan kekanak-kanakan. Aku harus dewasa. 18 januari itu no special, hanya hari seperti hari-hari sebelumnya. Hari dimana aku bertemu dan berpisah dengannya. Hari saat aku dapat melihatnya disampingku dan hari seperti hari-hari biasa, hari aku merindukannya. Tidak ada yang spesial. Sama sekali. Karna hari ini hanya disyukuri bukan untuk diberi kesan indah. Aku terlalu melankolis dan dramatis :’)

Mendung hilang dan beranjak malam
Aku menunggu dia datang di satu hari setelah 18 januari. Dia berjanji akan datang sore ini. Sekarang sudah malam. Lagi-lagi dia tidak tahu betapa sedihnya aku. Tapi aku tersenyum. Aku tidak mau tangisanku, ocehanku, akan lebih menjauhkan dia dariku. Aku kapok untuk sedih dan memohon kepadanya. Biarlah dia begitu. Mungkin suatu hari dia akan mengerti. Aku berharap.

Telah malam
Aku masih menunggu dia datang. Setidaknya sebelum dua hari setelah 18 januari. Aku ingin dia bahagia dengan tiga tahun kami dan aku ingin dia mencium keningku dan memelukku lalu dia berdoa akan kami. Tapi aku tidak memintanya. Aku ingin dia melakukannya sendiri, jika tidak, mungkin dia sedang tidak mau saja. Dan dia tidak tahu betapa berharapnya aku. Mungkin karna dia jenuh dengan tangisan dan permohonanku. Dan dia tidak tahu, betapa aku lelah menangisinya.

Akan pagi. Tak satupun kabar menghampiriku.
Aku putus asa. Mungkin aku tidak bisa memakai logikaku. Sebaiknya aku pergi saja daripada aku seperti ini. Aku mengharapkan dia tapi dia tidak. Mungkin aku akan mati. Dan malam ini aku melakukannya. Selamat tinggal 18 januari. Selamat tinggal kekasihku. Jangan putus asa sepertiku, aku hanya ingin menjadi seseorang yang diharapkan. Aku pergi, selamat tinggal

Pagi. Mentari terbit dan aku mati
Sampai aku mati pun dia tidak menghampiriku. Untuk tahu kabarku saja dia tidak mau. Aku menangis. Aku tahu, aku telah hilang dan aku kehilangan cintanya. Aku tidak mau tahu perasaannya. Aku sudah terlanjur mati dan aku akan terus mati dan dia akan terus begitu.

18 januari, aku pergi, katakan kepada tahun berikutnya bahwa aku masih akan mencintainya, aku ingin melihat dia menangisiku seperti aku menangisinya. Aku ingin merasakan seperti dia. 18 januari, aku pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar